Pilih Yoga atau Lari, Ya?

Selamat Idul Fitri! :)

Setelah melewati libur Lebaran, biasanya banyak yang bertekad untuk menyehatkan gaya hidupnya. Entah karena ingin mempertahankan angka timbangan yang diraih setelah sebulan berpuasa, karena merasa ‘berdosa’ atas timbunan lemak dan gula hasil bersilaturahim ke rumah tante yang jago masak, atau karena banyak dikomentari oleh paman yang mulutnya jahil. Lebaran jadi seperti kesempatan kedua untuk menulis resolusi menjadi lebih sehat.

Image source: meditatecenter.com

Tentu kita semua sudah paham pentingnya melakukan olah raga untuk menjadi sehat. Dari sekian banyak alternatif olah raga, biasanya ada dua olah raga yang menjadi top choices untuk para wanita: yoga atau lari. Kedua olah raga ini relatif mudah untuk dilakukan karena membutuhkan perlengkapan yang minim. Yoga menjadi pilihan ideal bagi mereka yang menyukai olah raga indoor atau mereka yang kurang bisa menikmati gerakan high impact, sementara lari—sebagai bentuk olah raga yang konon paling sederhana dan murah—biasanya menjadi pilihan mereka yang ingin menurunkan berat badan dalam waktu cepat.

Kalo kamu termasuk yang sedang bingung untuk menentukan pilihan di antara dua olah raga ini, mari simak lebih lanjut ;)

'Gimana kalo dua-duanya sekaligus?'
Image source: fleetbirmingham.com

Indoor vs Outdoor

Seperti yang sudah disebutkan, salah satu perbedaan utama antara yoga dan lari adalah lokasinya. Umumnya, yoga dilakukan di dalam ruangan berupa studio sementara lari dilakukan di luar ruangan—bisa di track, taman kota, atau jalan raya.

Tapi seiring dengan semakin populernya kedua jenis olah raga ini, ternyata terbatasnya lokasi justru semakin diminimalisasi. Kini sudah banyak kelas-kelas yoga berbasis komunitas yang dilaksanakan di luar ruangan—seperti di taman, halaman, atau rooftop. Dan dengan adanya mesin berupa treadmill, lari pun juga bisa dilakukan di dalam ruangan.

Uniknya, dari segi biaya justru kedua alternatif ini jadi bertolak belakang. Kelas yoga yang diadakan di luar ruangan biasanya mematok harga minim—atau malah gratis—sementara untuk melakukan lari di dalam ruangan, kita harus memilih antara mengeluarkan uang untuk membeli treadmill pribadi atau mendaftar ke gym terdekat.

High Impact vs Low Impact

Beda karakter orang, beda pula pilihan olah raganya. Beberapa orang memang terlahir mencintai olah raga yang lebih ‘menantang’ sehingga menyukai segala olah tubuh yang high impact. Untuk orang-orang seperti ini, kalo keringat belum mengucur ‘satu ember’, rasanya belum puas olah raganya. Nah, mereka ini biasanya akan lebih condong memilih olah raga lari, atau olah raga kardio lain yang produktif menghasilkan keringat.

Untuk mereka yang memiliki karakter lebih kalem dan tenang, atau tidak memungkinkan untuk berolah raga high impact—baik karena cedera ataupun usia—yoga menjadi alternatif yang menyenangkan. Yoga sangat gentle di otot dan persendian, namun tetap menguras keringat jika dilakukan dengan teknik yang benar. Karena inilah, kadang yoga justru ‘diresepkan’ untuk orang-orang dalam kondisi khusus yang butuh berolah raga namun harus menjaga kondisi tulang, otot, atau persendiannya.

Kardio vs Kelenturan

Lari tergolong olah raga kardio, yaitu olah raga yang melatih kerja jantung dalam mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Contoh lain dari olah raga kardio adalah berenang, Zumba, bersepeda, muay-thai, berjalan kaki, dan masih banyak lagi. Olah raga jenis kardio ini melatih kerja jantung dengan cara menaikkan frekuensi detaknya. Ini membuat jantung jadi terlatih untuk bekerja dengan lebih ‘lincah’, dan pada akhirnya berujung pada metabolisme tubuh yang lebih baik.

Sementara itu, yoga merupakan olah raga yang mengoptimalkan fungsi otot-otot pada tubuh dengan cara melatih kekuatan dan kelenturannya. Dalam yoga, kita akan dilatih untuk melakukan bermacam-macam asana atau pose yang tidak jarang terlihat asing alias aneh pada awalnya. Namun di situlah salah satu letak ‘seni’ dari yoga--yaitu ketika suatu pose yang tadinya terasa asing makin lama makin terasa mudah untuk dilakukan.

Jumlah Kalori yang Terbakar

Lari sebagai olah raga kardio memang sudah tersohor akan pembakaran kalorinya. Karena itulah, orang-orang yang kelebihan berat badan biasanya disarankan untuk berlari—karena lari sangat efektif untuk menciptakan calorie deficit--metode ampuh untuk menurunkan berat badan.

Meskipun yoga tidak membakar kalori sebanyak lari, namun manfaatnya untuk penurunan berat badan juga cukup dahsyat. Berlatih yoga secara rutin dapat membuat otot-otot di dalam tubuh kita menjadi lebih kuat dan fleksibel, sehingga mereka dapat berfungsi dengan lebih optimal. Bukan hanya otot-otot besar seperti quads, hamstring, triceps, atau biceps saja lho, namun juga otot-otot dalam organ-organ pencernaan.

Selain itu, yoga yang melatih ketenangan dan penguasaan napas juga membawa efek samping kemampuan untuk mengontrol emosi yang lebih baik. Beberapa orang mengaku, dengan dapat menguasai emosinya, mereka dapat mengontrol napsu makannya dengan lebih baik, dan mengonsumsi makanan dengan lebih ‘sadar’—atau istilah populernya: conscious eating.

* * *

Nah, kalau setelah membaca poin-poin tadi kamu masih bingung--atau malah tambah bingung--untuk menentukan pilihan, saya memiliki 2 saran yang paling ampuh dan jitu:

  1. Pilihlah yang paling kamu senangi. Terlepas dari angka kalori yang terbakar atau otot mana yang dilatih, manfaat sesungguhnya dari sebuah olah raga baru akan terasa jika sudah dilakukan secara rutin dalam jangka waktu tertentu. Maksudnya adalah, meskipun lari lebih cepat membakar kalori, kalau kamu hanya sanggup melakukannya satu kali sebulan, manfaatnya tidak akan terasa seoptimal yoga yang kamu lakukan dua kali seminggu. Jadi, pilihlah olah raga yang paling mungkin untuk kamu jadikan bagian dari rutinitas tanpa harus terasa sebagai beban. Dengan begitu, kamu pun akan lebih menikmati pembakaran setiap kalorinya.
  2. Jalanilah keduanya. Percaya atau tidak, melakukan yoga secara rutin akan membawa dampak baik pada performa larimu, dan begitu pula sebaliknya. Ini disebabkan karena yoga dan lari melatih dimensi kebugaran yang berbeda—yoga lebih fokus pada fleksibilitas dan muscle strength, sementara lari lebih bermanfaat secara langsung untuk melatih endurance dan kecepatan. Dengan menjalani keduanya secara seimbang, kamu dapat mencapai fitness level yang lebih baik dan lebih menyeluruh--yang tentunya menghasilkan performa olah raga yang lebih prima.

Itu dia beberapa hal tentang yoga dan lari. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kalian yang pengen membakar ‘sumbangan’ kalori dari opor ayam kemarin, ya :D Kalo kamu punya pendapat lain, atau mau berbagi tentang olah raga favoritmu, silakan lho di-share di kolom komentar ;)

3 comments: