Koper, Pesawat, dan Balita


Hai semua! Post kali ini dikhususkan teteh-teteh yang akan dan/atau sudah beranak (atau kita sebut saja teteh emak ya, haha), karena yang akan dibahas adalah tips dan pengalaman berlibur bareng balita, yay!

Baru-baru ini saya dan suami berlibur selama 9 hari ke Jepang sambil membawa anak 3 tahun kami. Kami bukan aliran liburan pakai paket tour sehingga semua agenda kami rancang sendiri. Selain jatuhnya lebih murah, schedule bikinan sendiri juga terasa lebih fleksibel apalagi kalau membawa anak. Repot? Yes! Tapi keseruannya juga tidak tertandingi. Jadi, untuk para teteh emak yang akan berlibur bareng anak balitanya, simak pengalaman dan tips-ku berikut ini : 

1.       Persiapan


Intro
Mika, anakku sudah pernah bepergian cukup jauh sebelum liburan Jepang kali ini. Dari umur setahun, dia sudah pernah diajak ke Balikpapan (Kalimantan) dan Singapura, sehingga perjalanan menaiki pesawat bukan sesuatu yang baru bagi dia. Tapi tetap saja penjelasan mengenai perjalanan panjang di pesawat harus dijelaskan sejak jauh-jauh hari sebelum berangkat,supaya anak punya pandangan lebih jelas nantinya. Untuk yang membawa anaknya terbang pertama kali, bisa dimulai dengan bercerita mengenai apa itu pesawat, bagaimana di dalamnya, dan lain sebagainya sampai dia tertarik dan tidak sabar untuk menaiki pesawat. Hal ini juga berlaku untuk tempat tujuan ya! Ceritakan mengenai tempat tujuan berlibur kepada anak, apa saja kegiatan yang akan dilakukan disana, dan lain-lain. Jangan sampai orang tua nya saja yang excited mengenai tempat tujuan, kenalkan juga kepada anak.


Observasi (baca : Googling)
Ini wajib nih, jangan dianggap enteng. Selalu cari tahu mengenai semua-muanya mengenai tempat tujuan liburan sebelum berangkat, seperti suhu/temperatur, prakiraan cuaca pada tanggal-tanggal liburan, jenis makanannya, dll. Liburan kami kemarin, Tokyo sudah mencapai 9 derajat celcius di siang hari, jadi atribut seperti jaket tebal, syal dan kupluk anak sudah harus ready sejak keluar airport negara tujuan.

Packing
Ini adalah kegiatan yang paling malesin. Suerrrr. Kalo tingkat kekayaan selevel Sultan, liburan gak mau packing apa-apa deh, beli aja semua di negara tujuan dan pas pulang barangnya ditinggalin. Hahaha.. Liburan bareng balita walaupun ukuran badan anaknya ga nyampe setengah ukuran badan kita, tapi bawaannya bisa ngalahin bawaan ortunya loh. Gilee.. 1 koper habis buat bawaan si kecil doang. Yang paling perlu diperhatikan bukan baju-baju tapi justru perintilan kecil yang sifatnya personal untuk anak seperti misalnya : obat pribadi, balsem hangat, minyak telon, bantal atau mainan kesayangan, snack kesukaan, dll, karena setiap anak kebiasaannya berbeda dan cocok-cocokan sifatnya. Belum lagi barang-barang tersebut gak selalu ada di negara/tempat tujuan, jadi untuk amannya lebih baik dibawa dari rumah. Gak perlu semuanya, tapi yang penting-penting saja. Untuk kasus liburan Mika kemarin misalnya, semua obat basic saya bawa, seperti obat flu, batuk, demam, pusing, sakit perut dan salep lecet. Sebelum berangkat, saya minta obat-obat tersebut dari dokter anaknya Mika, sekaligus kontrol kesehatan Mika juga sebelum liburan. Ceritakan sama dokter bahwa anak akan dibawa liburan cukup lama, biasanya dokter akan kasih resep-resep tambahan untuk jenis sakit yang kita suka ga kepikiran sebelumnya. Mainan favorit Mika juga saya bawa beberapa, untuk bikin anteng selama di pesawat atau kalau rewel susah tidur selama liburan. Oh iya,kemarin juga saya bekal kecap manis dan abon sapi kalau-kalau makanan di Jepang kurang cocok sama lidah anak. Haha.. semacam P3K untuk lidah. Sayang anak.. sayang anak...

2.       Perjalanan


Perjalanan menuju tempat tujuan baik itu darat, laut maupun udara apabila lebih dari 2 jam lamanya, lebih baik dicocokkan dengan waktu tidur anak. Kalau anak lelap tertidur selama perjalanan, kita sebagai orang tua juga pasti lebih tenang dan nyaman. Untuk kasus Mika, biasanya sebelum menempuh perjalanan panjang, saya biarkan dia maiiinnnn yang puas, lari-lari, ketawa-ketawa, dan makan yang kenyang (niatnya sih biar capek dan ngantuk), and most of the time it works well. Jadi begitu masuk pesawat, tinggal tiduuur deh. Tambahan info ya, saya mengidap acrophobia alias phobia of heights (ada yang senasib gaa?). So, flying is just not my thing. Untuk perjalanan panjang, kadang saya membutuhkan pil penenang selama di perjalanan (resep dokter loh, bukan narkoba abal2) yang efeknya membuat saya santai.. terlalu santai malah. Sebelum saya meminum obat, saya selalu janjian dulu sama suami untuk ‘menitipkan’ anak karena pada saat saya dibawah pengaruh obat, saya tidak function properly untuk mengurus anak 3 tahun. Makanya kalau Mika lelap tidur selama perjalanan di pesawat, saya tenang, suami pun santai. Hehe..
Scene ini hanya berlangsung 15 menit. Sisanya dia tiduuurrr sepanjang perjalanan.

3.       Kegiatan berlibur


Transportasi
Selama di negara tujuan, baiknya menggunakan transportasi yang kid friendly (apalagi kalau membawa stroller). Untuk negara-negara maju seperti Singapura dan Jepang, hal-hal seperti ini ga usah dikhawatirkan karena akses stroller atau wheel chair sudah ada dimana-mana. Para teteh emak tinggal dorong stroller sambil bergaya bersama anak. Untuk yang berlibur ke tempat-tempat yang akses ramp atau elevator nya masih kurang (baca : sering ketemu tangga), bisa pertimbangkan untuk membawa baby carrier saja. Karena percayalah baby stroller itu bisa jadi sangat memudahkan atau menyusahkan. Tergantung tempatnya. Untuk perjalanan yang tersedia sistem reserved seat (seperti shinkansen atau bis antar kota), lebih baik pesan tempat terlebih dahulu (jangan kaya pengalaman Teteh Ebi ya.. Hehe).
Karena masih 3 tahun dan bisa dipangku, Mika naik shinkansen gratiiissss :)


Akomodasi
Tempat tinggal juga carilah yang kid friendly. Paling aman sih hotel atau resort ya. Tapi untuk yang gemar hunting tempat via airbnb, pastikan terlebih dahulu bahwa tempat itu kid/family friendly. Karena beberapa tempat tidak disarankan untuk anak kecil, misalnya karena kamar terletak di lantai 5 tanpa elevator, dinding yang tipis sehingga 'kicauan' anak kecil dinggap mengganggu tetangga, atau lingkungan sekitar yang berisik, dll. Liburan kami kemarin baik di Osaka maupun Tokyo menggunakan akomodasi tempat dari airbnb yang sebelumnya sudah saya kontak host nya dan menginfokan bahwa saya akan membawa anak 3 tahun. 
Ini tidur beneran loh, bukan adegan. Hahaha..

Theme Park
Selama di Jepang kami mengunjungi 2 theme park yaitu Universal Studio Japan di Osaka dan Tokyo Disneyland. Hampir semua theme park menyediakan stroller sewaan, ada yang berbayar dan ada yang tidak. Kamar mandinya juga selalu menyediakan fasilitas diaper changing station, jadi aman lah untuk para teteh emak yang bawa bayi sekalipun. Sebelum mendatangi theme park, sebagai orang tua yang baik diwajibkan untuk mencari tahu mengenai wahana-wahana yang akan dinaiki disana. Wahana apa saja yang bisa dinaiki oleh balita, dan beri intro terhadap si anak bahwa "Nanti kita akan masuk wahana Cinderella loh, kita akan naik kereta, harus duduk sendiri, tidak boleh dipangku, akan sedikit gelap tapi menyenangkan", misalnya. Jangan asal go-show kalo ke anak, tau-tau nangis didalem wahana malah repot. Juga apabila berencana menaiki wahana populer yang cenderung penuh dengan waktu antrian 120 menit (zzz...) apakah lebih baik membeli sejenis tiket express pass supaya si anak ga perlu dongo ngantri selama 2 jam. Hal-hal seperti itu sangat dianjurkan direncakan terlebih dahulu yesss teteh emakkkk. 
Snacking like a pro

Wheeeee!
Napping like a pro

City Strollin
Untuk kegiatan jalan-jalan seputar kota juga lebih baik direncanakan mau kemana, lihat apa, shopping apa. Karena kalau schedule gak jelas dan para dewasa malah sibuk muter-muter bolak balik gak jelas, anak akan bosan dan rewel. Kalau saya dan suami suka menyelipkan taman kota disela-sela shopping, sebagai bentuk istirahat dan hiburan untuk anak. Juga diperhatikan toilet time anak, karena kadang repot nyari toilet sementara anak sudah kebelet. Kalau saya, setiap sampai di station atau mall dengan toilet yang nyaman, anak wajib absen pipis dulu sebelum  melanjutkan perjalanan. 

Tired, Mom
Keep walking, girl!

4.       Pulang


Sehari sebelum perjalanan pulang, saya kembali menerapkan hal-hal yang saya lakukan sebelum berangkat liburan, seperti mengingatkan kembali mengenai perjalanan panjang di pesawat, dan bahwa liburan ini akan segera berakhir dan kita akan kembali ke kegiatan di rumah, bahwa ayahnya akan kembali bekerja sehari-hari, dan lain-lain. Karena dari pengalaman saya, anak itu cenderung paling susah move-on dari liburan. Hahaha.. 
Mom, can I extend my holiday?
Ya begitulah kurang lebih tips dan pengalaman liburan cukup jauh bersama balita. Jangan panik kalau anak sakit atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yaa.. Harus kompak sama pasangan karena kalau engga, malah berantem selama liburan (sayang duit woy, udah keluar banyak malah dipake berantem). Like i said earlier, liburan sama balita, Repot? Yes! Tapi keseruannya juga tidak tertandingi.

Yang mau share pengalaman juga atau tanya-tanya, silahkan comment yaaa :)

No comments:

Post a Comment