Bad vs Good



Salah satu topik pembicaraan utama di sekitar saya minggu lalu adalah seputar kemunculan video parodi ini:



Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya teman-teman saya berhasil mengidentifikasi 'oknum' di balik terciptanya video ini. Apalagi, ternyata otak jenius di baliknya masih satu almamater dengan saya, bahkan hanya satu angkatan lebih muda.

Saya sendiri tidak bisa berhenti mengagumi betapa briliannya lirik rap yang dilantunkan oleh Aldi dan Jasmine di video ini. Di hari pertama saya menemukannya, saya memutar video ini on repeat sambil tertawa cekikikan. Saya bahkan rela memutar video ini dalam koneksi mobile data ketika menunjukkannya pertama kali pada suami saya di tengah perjalanan kami di dalam mobil. Apalah arti kuota demi mengapresiasi karya anak bangsa.

Meskipun video versi parodi ini begitu cepat menjadi favorit banyak orang, saya merasa 'kasihan' pada nasib versi orisinilnya:


Terlihat jelas bahwa video ini bukanlah video yang disukai oleh para penontonnya. Angka di samping jempol yang menghadap ke bawah begitu cepat menanjak jika dibandingkan dengan jempol yang mengarah sebaliknya.

Dari hasil analisa otak saya yang kapasitasnya tidak terlalu mumpuni, saya merumuskan 4 hal yang kira-kira menjadi alasan mengapa video parodi Good lebih banyak disukai daripada Bad.

Lirik

Seperti yang sudah saya sebutkan, lirik ciptaan Aldi Ramadhika memang brilian. Bukan karena indah atau puitis, tapi karena liriknya real. Meskipun dibuat-buat (dengan tujuan supaya menghibur alias bisa membuat para penontonnya tertawa), liriknya mampu mewakili hal-hal yang ditemui orang-orang dalam keseharian. Saya berani jamin bahwa semua orang yang pernah bersekolah pasti pernah menuliskan rumus F = m x a, meskipun mungkin tidak semuanya mengenal siapa itu Siti Nurhaliza.

Sementara itu, lirik asli ciptaan Young Lex, menurut saya kurang bisa 'merangkul' banyak orang karena hanya berisi curahan hati para penyanyinya. Tentu saja hal ini tidak salah, karena toh para penyanyi terkenal juga banyak yang menyanyikan betapa hati mereka teriris karena kehilangan seseorang. Tapi karena dibandingkan secara direct dengan lirik yang mampu mewakili isi hati banyak orang, tentunya lirik asli ini jadi terkesan egois dan self-centered.

Waktu Kemunculan

Agak kurang adil sebenarnya, tapi pada kenyataannya, video Young Lex dan Awkarin yang muncul lebih dulu memang berada di posisi yang kurang menguntungkan. Terlebih lagi karena tidak lama sebelumnya, Awkarin sempat membuat kehebohan sendiri dengan merilis video YouTube berisi curahan hatinya. Video klip ini jadi membuat Young Lex terkesan mendompleng ketenaran Awkarin yang 'karbitan', atau justru membuat Awkarin terkesan aji mumpung.

Semakin tidak adil karena, biar bagaimanapun, Aldi dan Jasmine merilis video mereka setelah Young Lex dan Awkarin mendapat banyak cacian tentang video mereka. Di sini, meskipun berhasil mengeksekusi dengan cemerlang, Aldi dan Jasmine pada dasarnya 'hanya' riding the wind. Dan untungnya, mereka berhasil mengarahkan layar untuk membawa mereka ke daratan yang makmur dan bahagia.

Side Effect

Bermunculannya berita bombastis mengenai kehidupan selebgram setelah sensasi yang ditimbulkan oleh video curhat Awkarin mau tidak mau membuat banyak orang jadi geleng-geleng kepala. Kemunculan Awkarin disusul tidak seberapa lama kemudian oleh Anya Geraldine dan vlog ala honeymoon-nya. Lalu tidak lama, dunia Instagram dan Ask FM juga digegerkan oleh berita putusnya Rachel Vennya yang dilatarbelakangi tindakan yang amoral.

Seluruh rangkaian berita ini tentu memunculkan perasaan putus asa pada 'para penontonnya'. Komentar paling umum yang saya dengar (atau bahkan saya cetuskan sendiri) adalah, 'Gila ya anak-anak jaman sekarang!'

Kemunculan video Bad justru malah memperburuk mindset kita-kita yang sudah bukan 'anak jaman sekarang' ini. Ibaratnya, video ini bisa dibilang membuat kita menggeleng-gelengkan kepala lebih kencang sampai rasanya otot leher kita hampir putus.

Nah, tepat tiga detik sebelum otot leher saya putus, tiba-tiba saya bisa berhenti geleng-geleng karena kemunculan Good. Video ini seolah berkata pada saya bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa generasi penerus bangsa masih ada yang bisa menghasilkan karya positif.

Harfiah

Literally speaking, one was called Good and the other one proudly declared itself Bad. Biar bagaimanapun, 'para penonton' pasti lebih bersimpati pada yang good daripada yang bad, kan?


Begitu kira-kira hasil analisa saya. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, kapasitas otak saya memang hanya segini. Kalo ada yang mau menambahkan poin lain, atau malah memiliki pendapat lain, silakan langsung tuliskan di kolom komentar, ya ;)


- Teteh Ita

2 comments: